Bagian 1
A i u ba bi bu ta ti tu
Sonika Putra masuk kelas 1 SD. Pada awalnya
temannya memanggilnya dengan si Dungu, si Bandel, dan si Sonik. Ia sangat tidak
suka dengan panggilan ejekan seperti itu. Karena jengkel, ia pernah melempari
teman-teman yang mengejeknya itu dengan tanah lihat.
Panggilan ejekan itu bermula dari kejengkelan
Pak Ilham, guru kelas 1, Pada Sonika. Pak Ilham kesal karena setiap kali ia
membaca a I u, ba bi bu, ta ti tu,
untuk latihan membaca, Sonika tak mau menirukan sepatah kata pun seperti
teman-temannya. Berawal dari situlah Pak Ilham mengeluarkan kata-kata umpatan
yang sebenarnya tidak pantas diucapkan seorang pendidik. Gara-gara umpatan Pak
Ilham itulah teman-teman Sonika ikut-ikutan.
Sonika tidak mau menirukan membaca a I u, ba bi bu, ta ti tu, bukan karena
ia tidak bisa, tapi karena ia merasah aneh dengan pelajaran membaca seperti
itu. Ia sudah lancer membaca, tapi mengapa disuruh membaca kata-kata yang tidak
ada artinya seperti itu. Begitu pula ketika Pak Ilham menyuruh membaca ini budi, ini ibu budi, ini bapak budi, ini
wati, Sonika juga merasah aneh karena gambar tokoh-tokohnya tidak sesuai
kenyataan. Gambar ibu di atas kalimat ini
ibu budi itu mirip emaknya, tapi mengapa disuruh membaca ini ibu budi. Gambar anak
perempuan yang memakai rok disuruh membaca ini kakak budi.Padahal Budi, temannya,
tidak punya kakak. “Yang punya kakak itu aku, namanya Nila, bukan Wati, kok,
dibilang kakak Budi itu Wati.” Gerutu dalam hatinya.
Disuruh Membaca
Bagian 2
Sonika sudah 2minggu sekolah. Selama itu
pula ia selalu dimarahi Pak Ilham karena tetap diam, tak mau membaca. Dengan keadaan seperti itu,
ia merasah bosan sekolah. Ia ingin berhenti saja.
Melihat gelagat anaknya yang enggan
sekolah itu, ayah Sonika mengancam. Ia menyuruh Sonika memilih: terus sekolah
dan terus tidur bersama Uwak, nenek,
atau keluar sekolah dan tidak boleh tidur di rumah Uwak.
Sonika cenderung memilih yang pertama
karena ia sangat takut kalau tidak boleh tidur bersama Uwaknya. Ia tidak mau pisah tidur dengan Uwaknya karena tidak mau kehilangan dongeng kesayangannya. Ia
sangat rindu dengan dongeng Uwaknya
yang disampaikan setiap malam. Meskipun demikian, ia masih ragu terus atau
berhenti sekolah.
Dalam keadaan ragu seperti itu, ia
diberi tahu kakaknya bahwa Pak Ilham datang di rumah. Mendengar kedatangan Pak
Ilham, Sonika sangat takut. Ia khawatir Pak Ilham mengadukan “kebandelannya”
pada ayahnya. Selanjutnya \, ayahnya akan marah dan menghukumnya.
Sonika mendengar percakapan Pak Ilham
dengan ayahnya. Pak Ilham menyampaikan bahwa Sonika tidak pernah mau membaca
meskipun sudah dipaksa-paksa. Ayah Sonika terheran-heran mengapa hal tersebut
dilakukan anaknya. “Padahal, Sonika sudah pandai membaca, Pak Ilham,” jelas
ayah Sonika.
Ayah Sonika lalu memanggil Sonika.
Dengan perasaan takut dan deg-degan, ia memenuhi panggilan ayahnya. ia Lalu
menyalami Pak Ilham. Ia agak lega karena Pak Ilham menyapa dengan sejuk. Pak
Ilham menyuruh ia membaca sebuah judul buku. Mula mula, ia diam, tetapi setelah
ayahnya campur tangan, ia mau membaca juga. Pak Ilham akhirnya tahu bahwa
sebenarnya Sonika pandai membaca. Hanya ia tidak mau karena tidak tertarik
dengan bahan bacaan yang diberikan.
Gambar Kucing Nakal
Bagian 3
Sonika
akhirnya memutuskan terus sekolah. Pertama,
karena tidak mau pisah tidur dengan Uwaknya.
Kedua, Pak Ilham sudah tidak marah
lagi.
Kali ini, Pak Ilham tidak memaksa Sonika
meniru bacaan seperti temannya. Pak Ilham memberi tugas Sonika untuk menulis
tegak bersambung, mengerjakan Matematika, menggambar, atau membaca buku bacaan
anak-anak. Sonika sangat bahagia dengan tugas-tugas ini.
Suatu hari, Pak Ilham memberi tugas
menggambar. Sonika ingin menggambar kucing nakal yang suka mencuri ikannya. Ia
jengkel dengan kucing yang nakal tersebut. Karena itu, ia membayangkan kucing
tersebut di masukan ke dalam karung. Sonika lalu menggambar kucing dalam
karung. Karena itu, yang tampak bukan kucingnya tapi gambar karung yang diikat
tali pada mulutnya.
Ketika Pak Ilham bertanya, ini gambar
apa, Sonika menjawab bahwa itu gambar kucing. Tentu Pak Ilham bingung. Yang
dilihat Pak Ilham adalah gambar balon. Tidak ada gambar kucing yang dikatakan
Sonika.
Pak Ilham makin penasaran dengan
jawaban Sonika. Ia meminta Sonika menunjukan mana kepala kucing, mana ekornya,
dan mana kakinya. Dengan mantap, Sonika menunjukan bagian atas gambar karung
itu sebagai kepala kucing, bagian tengah agak ke kiri sebagai kakinya, dan bagian
bawah agak ke kiri sebagai ekornya. Pak Ilham jadi kesal dengan penjelasan
Sonika itu karena semua yang ditunjukan menurutnya adalah gambar balon bagian
luar.
Karena tetap tidak mengerti jalan
pikiran Sonika, Pak Ilham member nilai 5 pada ganbar Sonika. Sonika sangat
kecewa dengan nilai yang diperolehnya.
Pak Guru Kecil
Bagian 4
Sebenarnya, Sonika naik kelas 2,tapi ia
tidak mau duduk di kelas 2. Hal ini ia lakukan karena kelas 2 masuk siang.
Dengan masuk siang, ia tidak bisa berangkat dengan kakak-kakaknya yang semuanya
masuk pagi.
Hari pertama di kelas satu, Sonika
protes pada Pak Ilham. “Pelajarannya jangan diulang-ulang, Pak,” protes Sonika.
Pak Ilham menjawab bahwa di kelas satu
awal memang pelajaran membacanya seperti itu, “Kalau kamu tidak suka pelajaran
seperti itu, duduklah di kelas dua. Di kelas dua tidak ada pelajaran a, I, u, ba, bi, bu, ta, ti, tu!”
sanggah Pak Ilham dengan penuh bijaksana.
Sonika akhirnya mau pindah ke kelas
dua. Di kelas dua, ia sangat bersemangat karena pelajarannya membaca buku-buku,
tidak seperti di kelas satu. Di samping itu, juga mengerjakan soal Matematika,
mnggambar, dan menyanyi.
Pada akhir tahun pelajaran, Sonika
naik kelas tiga. Gurunya Pak Nuar. Akan tetapi, karena gurunya kurang,
kadang-kadang yang mengajar Pak Kasim. Suatu hari, Pak Nuar tidak hadir karena
sakit, sedangkan kepala sekolah
penataran. Akibatnya, Pak Kasim harus merangkap kelas 4, 5, dan 6. Karena.
Kerepotan, Pak Kasim member tugas kepada Sonika untuk mengawasi cara membaca
teman-temannya. Semua anak kelas tiga bergiliran membaca satu per satu secara
urut. Sonika menyimak bacaan mereka. Jika ada yang salah baca, Sonika
membetulkan. Baru beberapa urutan kelas jadi rebut. Mereka tidak ada yang mau
disuruh membaca. Pak Kasim datang. Semua anak diam seribu bahasa. Ketika Pak
Kasim bertanya siapa yang tidak mau membaca, mereka saling membela diri dan
menunjuk temannya.
Pak Kasim lalu meminta Sonika
menggantikan dirinya sebagai guru. Pak Kasim mendudukan Sonika di kursinya. Pak
Kasim memberi tahu kepada anak-anak bahwa Sonika adalah wakilnya. Oleh karena
itu, jika ada anak yang tidak mau disuruh membaca, berarti tidak mau menuruti
perintahnya. Dengan petunjuk yang jelas seperti ini, anak-anak mau meneruskan
membaca di bawah pengawasan Sonika.
Sejak saat itu, jika kelas 3 tidak
ada gurunya maka Sonika menggantikannya. Oleh karena itu, Sonika sering
dipanggil teman-temannya dengan Pak Guru Kecil.
Di Bawah Terang Bulan
Bagian 5
Ayah Sonika memberi tahu bahwa bulan depan dirinya ditugaskan mengajar
di SD 1. Oleh karena itu, keluarga harus pindah juga di tempat SD 1berada.
Mendengar hal itu, Sonika gelisah. Ia ingat teman-temannya,ingat Pak Ilham dan
Pak Kasim yang makin sayang, ingat kampung halamannya yang indah, dan ingat Uwaknya yang pandai mendongeng.
Di tengah kegelisahannya tersebut,
Sonika memberi tahu kepada teman-temannya yang tengah bermain bulan-bintang di
malam bulan purnama. Di tengah-tengah mereka, Sonika tampak murung.
Teman-temannya yang semula asyik bermain bulan-bintang mengerumuninya.mereka
ingin tahu apa yang terjadi. Ia lalu memberi tahu bahwa dirinya bulan depan
harus pindah karena mengikuti ayahnya.
Mendengar berita itu, teman-temanSonika
kaget. Mereka merasa kehilangan karena tidak bisa bermain bersama dan tidak
akan diajari oleh Pak Guru kecil lagi.akhirnya mereka meminta Sonika mendongeng
sebagai kenang-kenangan. Sonika pun mendongengkan salah satu dongeng yang
didapat dari Uwaknya.
SD 1
Bagian 6
SD 1 Pasirpengarayan adalah sekolah
Sonika yang baru. Letaknya di tepi jalan raya. Semula Sonika merasa tidak
nyaman belajar karena suara bising kendaraan yang lalu- lalang di depan sekolah
sangat mengganggu ketenangannya. Akan tetapi, lama-lama, ia dapat menyesuaikan
diri. Bahkan, ia makin senang karena SD ini mempunyai perpustakaan dengan
koleksi buku yang cukup lengkap. Di samping itu, perpustakaan ini mempunyai
tempat baca yang luas.
Sonika memanfaatkan waktu istirahat
untuk membaca buku di perpustakaan. Ia bertemu dengan teman yang mempunyai kegemaran
yang sama. Mereka adalah Narno berasal dari jawa dan Endang yang berasal dari
Sundah.
Melihat bangunan SD-nya yang tidak
sama dengan SD-SD yang lain, Sonika bertanya-tanya dalam hati. Ia lalu bertanya
kepada Pak Al mengapa SD ini mempunya 4 tiang beton dan tangga yang terbuat
dari beton juga. Pak Al menjelaskan bahwa SD ini adalah sekolah yang
bersejarah. Di SD inilah salah satu pengarang besar negeri ini pernah mengajar.
Ia adalah Suman Hs. Salah satu karangan Suman Hs adalah Mencari Pencuri Anak Perawan. Oleh karena itu, SD ini dilestarikan.
Tanya-jawab antar Sonika dengan Pak Al
dan teman-temannya ke masalah pasar di depan sekolah dan dunia
karang-mengarang. Sonika akhirnya tahu bahwa Pak Al dan Narno adalah pengarang
yang suka menulis di Koran.
Hadiah Tak Terduga
Bagian 7
Menjelang liburan semester, Sonika diajak
Narno dan Endang bermain ke rumah Pak Al. Ia sangat kagum dan senang melihat
rumah Pak Al yang penuh buku. Ia melihat perpustakaan pribadi dengan koleksi
buku yang banyak dan ada yang tebal. Ia makin kagum pada Pak Al ketika
memperlihatkan arsip karangannya yang pernah dimuat di surat kabar.
Terkait dengan kegiatan akhir semester,
Sonika mengikuti lomba cerdas- cermat dan mengarang. Ketika Bu Pratiwi memberi pengumuman,
Sonika sangat berharap dapat menang. Akan tetapi kenyataannya, orang lain yang
menang. Bu Pratiwi malah mengumumkan bahwa ia sebagai peraih Hadiah
Perpustakaan. Sonika bingung dengan hadiah ini. Akan tetapi, ia senang juga
setelah diberitahu bahwa hadiah ini diberikan kepada anak yang paling rajin
membaca di perpustakaan.
Meskipun begitu, ia tetap
bertanya-tanya mengapa karangannya tidak mendapat nomor. Padahal menurutnya,
karangan teman-temannya yang menang biasa-biasa saja. Kebingungan Sonika
akhirnya terjawab setelah mendapat penjelasan dari Pak Al. pak Al menjelaskan
bahwa karangannya berbentuk dongeng, bukan cerita rekaan.
Padahal yang
diminta panitia lomba adalah mengarang cerita rekaan atau fiksi, bukan dongeng.
“ Seandainya yang diminta adalah dongeng, pasti kamulah juaranya karena
karanganmu lebih bagus daripada karangan mereka,” jelas Pak Al.
Sonika semakin yakin bahwa ia mampu
membuat karangan yang bagus. Ia lebih banggah lagi ketika Pak Al juga akan
mengirimkan karangannya tersebut ke majalah anak-anak.
Tekad Membaja
Bagian 8
Keberhasilan
Narno dan Pak Al sebagai pengarang mendorong Sonika mengikuti langkahnya. Ia
bertekad bulat menjadi pengarang terkenal. Karena itu, ia terus membuat
karangan, baik berupa dongeng, cerita rekaan atau fiksi, cerita pendek, maupun
puisi. Jika ada waktu kosong, ia gunakan untuk bermain ke rumah Pak Al atau
mengurung diri di rumah untuk membaca buku.
Sonika terus membuat karangan yang cukup
banyak. Kadang-kadang, ia mengetik sampai larut malam. Tak heranlah jika ia
berhasil membuat karangan yang cukup banyak.
Sonika mengirimkan semua karangnya ke
majalah anak-anak atau surat kabar. Ia membeli perangko dengan uang sakunya.
Karena itu, ia tidak jajan di sekolah.
Sonika hampir putus asa karena semua karangan
yang dikirim tak kunjung dimuat. Akan tetapi, Pak Al dapat meyakinkan kembali
bahwa untuk menjadi pengarang harus tabah dan ulet. Pak Al menceritakan bahwa
tulisannya baru dimuat di surat kabar setelah 15 kali mengirim naskah.
Mendengar penjelasan ini, semangat Sonika tumbuh lagi.
Kali ini, ia bisa menulis 2 naskah dalam
seminggu. Untuk itu, ia memerlukan tambahan uang untuk biaya pengiriman.
Sebenarnya, ayahnya minta agar ia minta uang pada dirinya atau emaknya untuk
kepentingan membeli perangko. Akan tetapi, Sonika tidak tega membebani ayahnya
yang gajinya pas-pasan dan sering sakit.
Untuk mengatasi hal tersebut, ia berpikir
hendak mencari uang tambahan agar bisa membeli prangko. Tanpa sepengetahuan
ayahnya, ia mendatangi rumah Haji Safei, juragan es lilin.ia masuk pabrik es
lilin. Akan tetapi, ia malah ditangkap penjaga dan diseret karena dituduh
pencuri. Ia lalu dihadapkan pada Pak Safei. Setelah ditanya lebih lanjut,
akhirnya Pak Safei tahu bahwa ia bukan
pencuri, tapi anak yang berniat menjualkan esnya.
Surat Protes
Bagian 9
Setiap hari sepulang sekolah, Sonika
berjualan es lilin. Ia tidak malu dengan pekerjaan ini. Meskipun berat, ia
lakoni pekerjaan ini dengan senang hati.
Akhirnya, ayahnya tahu bahwa Sonika sepulang
sekolah berjualan es lilin. Ia hendak memarah pada anaknya. Akan tetapi,
setelah Sonika menjelaskan, ayah dan ibunya tidak jadi marah.
Pada suatu hari, Sonika membaca buku
majalah langganan sekolah. Ia menemukan puisi Santi. Santi adalah teman
sekelasnya. Ia kesal kenyataan ini: mengapa karangan Santi yang dimuat. Padahal
di sekolah, puisi Santi hanya juara 3, sedangkan juara satu adalah puisi
karangannya.
Sonika lalu protes keras kepada redaksi
majalah. Ia melayangkan surat protes. Ia jelaskan bahwa puisi Santi di sekolah
hanya memperolah juara 3, sedangkan puisinya mendapat juara 1. Mengapa yang
dimuat puisi Santi?
Cerpen Pertama
Bagian 10
Surat protes Sonika kepada redaksi
majalah tidak mendapatkan balasan. Karena itu, ia makin kecewa dan kesal.
Lebih-lebih melihat sajak Narno yang juara 2 juga dimuat di majalah langganan
sekolahnya.
Sonika menjadi putus asa. Ia tidak mau
mengarang lagi karena menurutnya semua upaya dilakukan. Toh, tidak ada satu pun karangannya dimuat. Sampai ia sudah lupa,
berapa jumlah persis karangan yang ia kirimkan kepada beberapa redaksi majalah
dan surat kabar.
Kekecewaan yang mendalam membuat
Sonika sakit. Kepalanya pusing dan badanya dingin. Ia tidak bisa masuk sekolah.
Ayahnya membuat surat izin yang disampaikan pada gurunya oleh kakaknya.
Pada hari ke-3,Pak Al dan teman-teman
sekelasnya mengunjunginya. Parlan, temannya memberi tahu bahwa cerpen “ Si
Bintang” karangan Sonika dimuat di surat kabar. Kabar baik ini membuat hatinya
senang gembira.
Di samping itu, Pak Al juga memberi
tahu bahwa ia mendapat surat dari redaksi. Isinya memberitahu bahwa muridnya
yang bernama Sonika Putra protes kepadanya karena sajaknya tak dimuat tersebut
bukan karena jelek, tapi ia ragu apakah sajak itu ciptaannya atau bukan karena
pantasnya sajak itu karangan anak SMP. Setelah meneliti sajak-sajak lain yang
akan dikirim, ia yakin bahwa itu ciptaanya. Oleh karena itu, sajak Sonika akan
dimuat di edisi depan. Sajak yang lain akan dimuat di edisi-edis berikutnya.
Sonika bertambah gembira dengan beritah
dari Pak Al tersebut. Ia lalu bersyukur kepada Allah. Ia makin bangga bahwa
dirinya pantas menjadi pengarang.
Bintang Semakin Terang
Bagian 11
Sonika sudah bisa sekolah.
Teman-temannya menyambut dengan gembira. Banyak juga yang menggodanya sebagai
“Pengarang Kita” Di sekolah, ia belum banyak melakukan kegiatan kecuali duduk
di kelasnya dan mendengarkan pelajaran karena badanya masih lemah.
Pulang sekolah, Sonika diberitahu ibu
dan bapaknya bahwa ia mendapat kiriman pos wesel dari redaksi. Di samping itu,
juga mendapat kiriman bingkisan dari Pak Haji Safei. Bingkisan dari Pak Haji
Safei ini berisi buku-buku sebagai sebagai hadiah kejujuran.
Sonika sangat bangga dan bahagia
dengan semua itu. Ia lalu bertekad untuk terus meningkatkan diri agar bisa
menjadi pengarang yang hebat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar