Jumat, 04 Januari 2013

Bintang Semakin Terang


Bagian 1

A i u      ba bi bu     ta ti tu


      Sonika Putra masuk kelas 1 SD. Pada awalnya temannya memanggilnya dengan si Dungu, si Bandel, dan si Sonik. Ia sangat tidak suka dengan panggilan ejekan seperti itu. Karena jengkel, ia pernah melempari teman-teman yang mengejeknya itu dengan tanah lihat.
      Panggilan ejekan itu bermula dari kejengkelan Pak Ilham, guru kelas 1, Pada Sonika. Pak Ilham kesal karena setiap kali ia membaca a I u, ba bi bu, ta ti tu, untuk latihan membaca, Sonika tak mau menirukan sepatah kata pun seperti teman-temannya. Berawal dari situlah Pak Ilham mengeluarkan kata-kata umpatan yang sebenarnya tidak pantas diucapkan seorang pendidik. Gara-gara umpatan Pak Ilham itulah teman-teman Sonika ikut-ikutan.
      Sonika tidak mau menirukan membaca a I u, ba bi bu, ta ti tu, bukan karena ia tidak bisa, tapi karena ia merasah aneh dengan pelajaran membaca seperti itu. Ia sudah lancer membaca, tapi mengapa disuruh membaca kata-kata yang tidak ada artinya seperti itu. Begitu pula ketika Pak Ilham menyuruh membaca ini budi, ini ibu budi, ini bapak budi, ini wati, Sonika juga merasah aneh karena gambar tokoh-tokohnya tidak sesuai kenyataan. Gambar ibu di atas kalimat ini ibu budi itu mirip emaknya, tapi mengapa disuruh membaca ini ibu budi. Gambar anak perempuan  yang memakai rok disuruh membaca ini kakak budi.Padahal Budi, temannya, tidak punya kakak. “Yang punya kakak itu aku, namanya Nila, bukan Wati, kok, dibilang kakak Budi itu Wati.” Gerutu dalam hatinya.

Disuruh Membaca


Bagian 2

       Sonika sudah 2minggu sekolah. Selama itu pula ia selalu dimarahi Pak Ilham karena tetap diam,  tak mau membaca. Dengan keadaan seperti itu, ia merasah bosan sekolah. Ia ingin berhenti saja.
       Melihat gelagat anaknya yang enggan sekolah itu, ayah Sonika mengancam. Ia menyuruh Sonika memilih: terus sekolah dan terus tidur bersama Uwak, nenek, atau keluar sekolah dan tidak boleh tidur di rumah Uwak.
        Sonika cenderung memilih yang pertama karena ia sangat takut kalau tidak boleh tidur bersama Uwaknya. Ia tidak mau pisah tidur dengan Uwaknya karena tidak mau kehilangan dongeng kesayangannya. Ia sangat rindu dengan dongeng Uwaknya yang disampaikan setiap malam. Meskipun demikian, ia masih ragu terus atau berhenti sekolah.
         Dalam keadaan ragu seperti itu, ia diberi tahu kakaknya bahwa Pak Ilham datang di rumah. Mendengar kedatangan Pak Ilham, Sonika sangat takut. Ia khawatir Pak Ilham mengadukan “kebandelannya” pada ayahnya. Selanjutnya \, ayahnya akan marah dan menghukumnya.
          Sonika mendengar percakapan Pak Ilham dengan ayahnya. Pak Ilham menyampaikan bahwa Sonika tidak pernah mau membaca meskipun sudah dipaksa-paksa. Ayah Sonika terheran-heran mengapa hal tersebut dilakukan anaknya. “Padahal, Sonika sudah pandai membaca, Pak Ilham,” jelas ayah Sonika.
           Ayah Sonika lalu memanggil Sonika. Dengan perasaan takut dan deg-degan, ia memenuhi panggilan ayahnya. ia Lalu menyalami Pak Ilham. Ia agak lega karena Pak Ilham menyapa dengan sejuk. Pak Ilham menyuruh ia membaca sebuah judul buku. Mula mula, ia diam, tetapi setelah ayahnya campur tangan, ia mau membaca juga. Pak Ilham akhirnya tahu bahwa sebenarnya Sonika pandai membaca. Hanya ia tidak mau karena tidak tertarik dengan bahan bacaan yang diberikan.

Gambar Kucing Nakal


Bagian 3

      Sonika akhirnya memutuskan terus sekolah. Pertama, karena tidak mau pisah tidur dengan Uwaknya. Kedua, Pak Ilham sudah tidak marah lagi.
      Kali ini, Pak Ilham tidak memaksa Sonika meniru bacaan seperti temannya. Pak Ilham memberi tugas Sonika untuk menulis tegak bersambung, mengerjakan Matematika, menggambar, atau membaca buku bacaan anak-anak. Sonika sangat bahagia dengan tugas-tugas ini.
       Suatu hari, Pak Ilham memberi tugas menggambar. Sonika ingin menggambar kucing nakal yang suka mencuri ikannya. Ia jengkel dengan kucing yang nakal tersebut. Karena itu, ia membayangkan kucing tersebut di masukan ke dalam karung. Sonika lalu menggambar kucing dalam karung. Karena itu, yang tampak bukan kucingnya tapi gambar karung yang diikat tali pada mulutnya.
        Ketika Pak Ilham bertanya, ini gambar apa, Sonika menjawab bahwa itu gambar kucing. Tentu Pak Ilham bingung. Yang dilihat Pak Ilham adalah gambar balon. Tidak ada gambar kucing yang dikatakan Sonika.
         Pak Ilham makin penasaran dengan jawaban Sonika. Ia meminta Sonika menunjukan mana kepala kucing, mana ekornya, dan mana kakinya. Dengan mantap, Sonika menunjukan bagian atas gambar karung itu sebagai kepala kucing, bagian tengah agak ke kiri sebagai kakinya, dan bagian bawah agak ke kiri sebagai ekornya. Pak Ilham jadi kesal dengan penjelasan Sonika itu karena semua yang ditunjukan menurutnya adalah gambar balon bagian luar.
          Karena tetap tidak mengerti jalan pikiran Sonika, Pak Ilham member nilai 5 pada ganbar Sonika. Sonika sangat kecewa dengan nilai yang diperolehnya.


Pak Guru Kecil


Bagian 4

       Sebenarnya, Sonika naik kelas 2,tapi ia tidak mau duduk di kelas 2. Hal ini ia lakukan karena kelas 2 masuk siang. Dengan masuk siang, ia tidak bisa berangkat dengan kakak-kakaknya yang semuanya masuk pagi.
        Hari pertama di kelas satu, Sonika protes pada Pak Ilham. “Pelajarannya jangan diulang-ulang, Pak,” protes Sonika. Pak Ilham  menjawab bahwa di kelas satu awal memang pelajaran membacanya seperti itu, “Kalau kamu tidak suka pelajaran seperti itu, duduklah di kelas dua. Di kelas dua tidak ada pelajaran a, I, u, ba, bi, bu, ta, ti, tu!” sanggah Pak Ilham dengan penuh bijaksana.
          Sonika akhirnya mau pindah ke kelas dua. Di kelas dua, ia sangat bersemangat karena pelajarannya membaca buku-buku, tidak seperti di kelas satu. Di samping itu, juga mengerjakan soal Matematika, mnggambar, dan menyanyi.
           Pada akhir tahun pelajaran, Sonika naik kelas tiga. Gurunya Pak Nuar. Akan tetapi, karena gurunya kurang, kadang-kadang yang mengajar Pak Kasim. Suatu hari, Pak Nuar tidak hadir karena sakit, sedangkan  kepala sekolah penataran. Akibatnya, Pak Kasim harus merangkap kelas 4, 5, dan 6. Karena. Kerepotan, Pak Kasim member tugas kepada Sonika untuk mengawasi cara membaca teman-temannya. Semua anak kelas tiga bergiliran membaca satu per satu secara urut. Sonika menyimak bacaan mereka. Jika ada yang salah baca, Sonika membetulkan. Baru beberapa urutan kelas jadi rebut. Mereka tidak ada yang mau disuruh membaca. Pak Kasim datang. Semua anak diam seribu bahasa. Ketika Pak Kasim bertanya siapa yang tidak mau membaca, mereka saling membela diri dan menunjuk temannya.
           Pak Kasim lalu meminta Sonika menggantikan dirinya sebagai guru. Pak Kasim mendudukan Sonika di kursinya. Pak Kasim memberi tahu kepada anak-anak bahwa Sonika adalah wakilnya. Oleh karena itu, jika ada anak yang tidak mau disuruh membaca, berarti tidak mau menuruti perintahnya. Dengan petunjuk yang jelas seperti ini, anak-anak mau meneruskan membaca di bawah pengawasan Sonika.
            Sejak saat itu, jika kelas 3 tidak ada gurunya maka Sonika menggantikannya. Oleh karena itu, Sonika sering dipanggil teman-temannya dengan Pak Guru Kecil.
     
 

Di Bawah Terang Bulan


Bagian 5

      
      Ayah Sonika memberi tahu bahwa bulan depan dirinya ditugaskan mengajar di SD 1. Oleh karena itu, keluarga harus pindah juga di tempat SD 1berada. Mendengar hal itu, Sonika gelisah. Ia ingat teman-temannya,ingat Pak Ilham dan Pak Kasim yang makin sayang, ingat kampung halamannya yang indah, dan ingat Uwaknya yang pandai mendongeng.
       Di tengah kegelisahannya tersebut, Sonika memberi tahu kepada teman-temannya yang tengah bermain bulan-bintang di malam bulan purnama. Di tengah-tengah mereka, Sonika tampak murung. Teman-temannya yang semula asyik bermain bulan-bintang mengerumuninya.mereka ingin tahu apa yang terjadi. Ia lalu memberi tahu bahwa dirinya bulan depan harus pindah karena mengikuti ayahnya.
        Mendengar berita itu, teman-temanSonika kaget. Mereka merasa kehilangan karena tidak bisa bermain bersama dan tidak akan diajari oleh Pak Guru kecil lagi.akhirnya mereka meminta Sonika mendongeng sebagai kenang-kenangan. Sonika pun mendongengkan salah satu dongeng yang didapat dari Uwaknya.
        

 

SD 1


Bagian 6

       SD 1 Pasirpengarayan adalah sekolah Sonika yang baru. Letaknya di tepi jalan raya. Semula Sonika merasa tidak nyaman belajar karena suara bising kendaraan yang lalu- lalang di depan sekolah sangat mengganggu ketenangannya. Akan tetapi, lama-lama, ia dapat menyesuaikan diri. Bahkan, ia makin senang karena SD ini mempunyai perpustakaan dengan koleksi buku yang cukup lengkap. Di samping itu, perpustakaan ini mempunyai tempat baca yang luas.
        Sonika memanfaatkan waktu istirahat untuk membaca buku di perpustakaan. Ia bertemu dengan teman yang mempunyai kegemaran yang sama. Mereka adalah Narno berasal dari jawa dan Endang yang berasal dari Sundah.
         Melihat bangunan SD-nya yang tidak sama dengan SD-SD yang lain, Sonika bertanya-tanya dalam hati. Ia lalu bertanya kepada Pak Al mengapa SD ini mempunya 4 tiang beton dan tangga yang terbuat dari beton juga. Pak Al menjelaskan bahwa SD ini adalah sekolah yang bersejarah. Di SD inilah salah satu pengarang besar negeri ini pernah mengajar. Ia adalah Suman Hs. Salah satu karangan Suman Hs adalah Mencari Pencuri Anak Perawan. Oleh karena itu, SD ini dilestarikan.
       Tanya-jawab antar Sonika dengan Pak Al dan teman-temannya ke masalah pasar di depan sekolah dan dunia karang-mengarang. Sonika akhirnya tahu bahwa Pak Al dan Narno adalah pengarang yang suka menulis di Koran.

Hadiah Tak Terduga


Bagian 7

      Menjelang liburan semester, Sonika diajak Narno dan Endang bermain ke rumah Pak Al. Ia sangat kagum dan senang melihat rumah Pak Al yang penuh buku. Ia melihat perpustakaan pribadi dengan koleksi buku yang banyak dan ada yang tebal. Ia makin kagum pada Pak Al ketika memperlihatkan arsip karangannya yang pernah dimuat di surat kabar.
       Terkait dengan kegiatan akhir semester, Sonika mengikuti lomba cerdas- cermat dan mengarang. Ketika Bu Pratiwi memberi pengumuman, Sonika sangat berharap dapat menang. Akan tetapi kenyataannya, orang lain yang menang. Bu Pratiwi malah mengumumkan bahwa ia sebagai peraih Hadiah Perpustakaan. Sonika bingung dengan hadiah ini. Akan tetapi, ia senang juga setelah diberitahu bahwa hadiah ini diberikan kepada anak yang paling rajin membaca di perpustakaan.
        Meskipun begitu, ia tetap bertanya-tanya mengapa karangannya tidak mendapat nomor. Padahal menurutnya, karangan teman-temannya yang menang biasa-biasa saja. Kebingungan Sonika akhirnya terjawab setelah mendapat penjelasan dari Pak Al. pak Al menjelaskan bahwa karangannya berbentuk dongeng, bukan cerita rekaan.
Padahal yang diminta panitia lomba adalah mengarang cerita rekaan atau fiksi, bukan dongeng. “ Seandainya yang diminta adalah dongeng, pasti kamulah juaranya karena karanganmu lebih bagus daripada karangan mereka,” jelas Pak Al.
       Sonika semakin yakin bahwa ia mampu membuat karangan yang bagus. Ia lebih banggah lagi ketika Pak Al juga akan mengirimkan karangannya tersebut ke majalah anak-anak.

Tekad Membaja


Bagian 8

       Keberhasilan Narno dan Pak Al sebagai pengarang mendorong Sonika mengikuti langkahnya. Ia bertekad bulat menjadi pengarang terkenal. Karena itu, ia terus membuat karangan, baik berupa dongeng, cerita rekaan atau fiksi, cerita pendek, maupun puisi. Jika ada waktu kosong, ia gunakan untuk bermain ke rumah Pak Al atau mengurung diri di rumah untuk membaca buku.
       Sonika terus membuat karangan yang cukup banyak. Kadang-kadang, ia mengetik sampai larut malam. Tak heranlah jika ia berhasil membuat karangan yang cukup banyak.
       Sonika mengirimkan semua karangnya ke majalah anak-anak atau surat kabar. Ia membeli perangko dengan uang sakunya. Karena itu, ia tidak jajan di sekolah.
       Sonika hampir putus asa karena semua karangan yang dikirim tak kunjung dimuat. Akan tetapi, Pak Al dapat meyakinkan kembali bahwa untuk menjadi pengarang harus tabah dan ulet. Pak Al menceritakan bahwa tulisannya baru dimuat di surat kabar setelah 15 kali mengirim naskah. Mendengar penjelasan ini, semangat Sonika tumbuh lagi.
       Kali ini, ia bisa menulis 2 naskah dalam seminggu. Untuk itu, ia memerlukan tambahan uang untuk biaya pengiriman. Sebenarnya, ayahnya minta agar ia minta uang pada dirinya atau emaknya untuk kepentingan membeli perangko. Akan tetapi, Sonika tidak tega membebani ayahnya yang gajinya pas-pasan dan sering sakit.
        Untuk mengatasi hal tersebut, ia berpikir hendak mencari uang tambahan agar bisa membeli prangko. Tanpa sepengetahuan ayahnya, ia mendatangi rumah Haji Safei, juragan es lilin.ia masuk pabrik es lilin. Akan tetapi, ia malah ditangkap penjaga dan diseret karena dituduh pencuri. Ia lalu dihadapkan pada Pak Safei. Setelah ditanya lebih lanjut, akhirnya  Pak Safei tahu bahwa ia bukan pencuri, tapi anak yang berniat menjualkan esnya.

Surat Protes


Bagian 9

      Setiap hari sepulang sekolah, Sonika berjualan es lilin. Ia tidak malu dengan pekerjaan ini. Meskipun berat, ia lakoni pekerjaan ini dengan senang hati.
      Akhirnya, ayahnya tahu bahwa Sonika sepulang sekolah berjualan es lilin. Ia hendak memarah pada anaknya. Akan tetapi, setelah Sonika menjelaskan, ayah dan ibunya tidak jadi marah.
      Pada suatu hari, Sonika membaca buku majalah langganan sekolah. Ia menemukan puisi Santi. Santi adalah teman sekelasnya. Ia kesal kenyataan ini: mengapa karangan Santi yang dimuat. Padahal di sekolah, puisi Santi hanya juara 3, sedangkan juara satu adalah puisi karangannya.
        Sonika lalu protes keras kepada redaksi majalah. Ia melayangkan surat protes. Ia jelaskan bahwa puisi Santi di sekolah hanya memperolah juara 3, sedangkan puisinya mendapat juara 1. Mengapa yang dimuat puisi Santi?


Cerpen Pertama


Bagian 10

         Surat protes Sonika kepada redaksi majalah tidak mendapatkan balasan. Karena itu, ia makin kecewa dan kesal. Lebih-lebih melihat sajak Narno yang juara 2 juga dimuat di majalah langganan sekolahnya.
         Sonika menjadi putus asa. Ia tidak mau mengarang lagi karena menurutnya semua upaya dilakukan. Toh, tidak ada satu pun karangannya dimuat. Sampai ia sudah lupa, berapa jumlah persis karangan yang ia kirimkan kepada beberapa redaksi majalah dan surat kabar.
         Kekecewaan yang mendalam membuat Sonika sakit. Kepalanya pusing dan badanya dingin. Ia tidak bisa masuk sekolah. Ayahnya membuat surat izin yang disampaikan pada gurunya oleh kakaknya.
          Pada hari ke-3,Pak Al dan teman-teman sekelasnya mengunjunginya. Parlan, temannya memberi tahu bahwa cerpen “ Si Bintang” karangan Sonika dimuat di surat kabar. Kabar baik ini membuat hatinya senang gembira.
          Di samping itu, Pak Al juga memberi tahu bahwa ia mendapat surat dari redaksi. Isinya memberitahu bahwa muridnya yang bernama Sonika Putra protes kepadanya karena sajaknya tak dimuat tersebut bukan karena jelek, tapi ia ragu apakah sajak itu ciptaannya atau bukan karena pantasnya sajak itu karangan anak SMP. Setelah meneliti sajak-sajak lain yang akan dikirim, ia yakin bahwa itu ciptaanya. Oleh karena itu, sajak Sonika akan dimuat di edisi depan. Sajak yang lain akan dimuat di edisi-edis berikutnya.
        Sonika bertambah gembira dengan beritah dari Pak Al tersebut. Ia lalu bersyukur kepada Allah. Ia makin bangga bahwa dirinya pantas menjadi pengarang.

Bintang Semakin Terang


Bagian 11

       Sonika sudah bisa sekolah. Teman-temannya menyambut dengan gembira. Banyak juga yang menggodanya sebagai “Pengarang Kita” Di sekolah, ia belum banyak melakukan kegiatan kecuali duduk di kelasnya dan mendengarkan pelajaran karena badanya masih lemah.
        Pulang sekolah, Sonika diberitahu ibu dan bapaknya bahwa ia mendapat kiriman pos wesel dari redaksi. Di samping itu, juga mendapat kiriman bingkisan dari Pak Haji Safei. Bingkisan dari Pak Haji Safei ini berisi buku-buku sebagai sebagai hadiah kejujuran.
         Sonika sangat bangga dan bahagia dengan semua itu. Ia lalu bertekad untuk terus meningkatkan diri agar bisa menjadi pengarang yang hebat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar